Mei 2, 2025

Sasonomulyo : Seni Dalam Kehidupan

Keindahan yang tertuang dalam hal apapun adalah seni tertinggi di dunia

Seni Kematian Suku Dayak: Perpaduan Antara Spiritualitas dan Tradisi Leluhur

Suku Dayak, yang mendiami pedalaman Kalimantan, dikenal luas akan kekayaan budaya dan tradisi spiritualnya yang mendalam. Salah satu aspek paling menarik dari budaya mereka adalah ritual kematian atau dikenal juga sebagai “tiwah”. Upacara kematian ini bukan sekadar prosesi pemakaman, melainkan sebuah seni kehidupan yang merefleksikan hubungan antara manusia, leluhur, dan alam semesta.


Makna Kematian dalam Kehidupan Suku Dayak

Bagi Suku Dayak, khususnya sub-suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, kematian bukanlah akhir, melainkan transisi menuju alam roh. Orang yang telah meninggal diyakini akan melanjutkan hidup di alam roh dan tetap memiliki hubungan spiritual dengan rajazeus keluarga yang ditinggalkan.

Karena itulah, kematian diperlakukan dengan penuh penghormatan, bahkan dengan upacara yang sangat megah dan sakral, yang bisa dilangsungkan beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah seseorang wafat.


Upacara Tiwah: Ritual Kematian yang Sakral

Tiwah adalah inti dari seni kematian dalam budaya Dayak. Tiwah adalah upacara pemindahan tulang-belulang leluhur ke sandung, semacam rumah kecil yang menjadi tempat peristirahatan terakhir arwah.

Proses tiwah bisa melibatkan:

  • Penggalian ulang jenazah setelah dikuburkan sementara,

  • Pemurnian tulang-belulang dengan air sungai dan ramuan khusus,

  • Prosesi pembakaran sesajen dan pemotongan hewan kurban seperti babi atau kerbau,

  • Tarian dan musik tradisional yang mengiringi arwah menuju alam roh.

Tiwah bukan hanya untuk satu orang saja. Kadang-kadang satu upacara dilakukan untuk puluhan leluhur sekaligus, yang menunjukkan betapa kompleks dan sakralnya tradisi ini.


Seni dalam Ritual Kematian

Dalam budaya Dayak, seni dan spiritualitas menyatu dalam setiap aspek kehidupan, termasuk kematian. Beberapa bentuk seni yang ditampilkan dalam upacara tiwah antara lain:

  • Tari-tarian tradisional seperti Tari Giring-giring, yang menggambarkan proses pengiringan roh menuju surga.

  • Ukiran dan pahatan pada sandung dan patung penjaga arwah yang dihias indah dengan motif Dayak.

  • Musik gong dan gendang, sebagai simbol komunikasi antara dunia nyata dan dunia roh.

  • Pakaian adat yang penuh warna, dengan bulu burung enggang dan manik-manik yang dipakai oleh para penari dan keluarga.

Semua elemen ini menunjukkan bahwa kematian dalam budaya Dayak dipandang sebagai bagian dari siklus kehidupan yang penuh keindahan dan makna.


Makna Sosial dan Kebersamaan

Tiwah juga menjadi momen besar untuk berkumpulnya komunitas. Dalam prosesnya, masyarakat bekerja sama, gotong royong mempersiapkan makanan, ritual, dan perlengkapan upacara. Ini menjadi ajang solidaritas sosial, selain sebagai penghormatan terhadap leluhur.

Tak jarang, tiwah mengundang banyak tamu dan bahkan wisatawan budaya, karena keunikan dan kekayaan filosofinya.

BACA JUGA: Seni Tari dalam Budaya Aztec: Simbol Spiritual dan Identitas Bangsa

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.